Di tengah hiruk-pikuk kota Medan yang modern, Istana Maimun menjulang anggun dengan balutan warna kuning keemasan yang memikat mata. Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah membangun istana megah ini pada tahun 1888, menjadikannya lebih dari sekadar kediaman kerajaan. Istana Maimun mencerminkan kejayaan Kesultanan Deli yang masih terasa hingga kini. Setiap sudutnya mengajak pengunjung menelusuri jejak masa lalu yang dipenuhi kemegahan, kekayaan tradisi, dan kebanggaan budaya Melayu Deli.
Dengan arsitektur yang memadukan gaya Melayu, Islam, India, Italia, hingga Spanyol, Istana Maimun menjelma menjadi magnet wisata yang tak hanya cantik dipandang, tetapi juga kaya nilai sejarah. Wisatawan datang bukan hanya untuk berfoto, tapi juga untuk menyelami identitas kebudayaan yang telah hidup selama ratusan tahun di Sumatra Utara.
SEJARAH YANG HIDUP DALAM DINDING ISTANA
Kesultanan Deli memulai pembangunan Istana Maimun pada 26 Agustus 1888 dan berhasil menyelesaikannya dua tahun kemudian, tepatnya pada 18 Mei 1891. Theodoor van Erp, arsitek asal Belanda yang juga terlibat dalam restorasi Candi Borobudur, merancang istana megah ini. Desain arsitekturnya mencerminkan hubungan erat antara Kesultanan Deli dengan berbagai bangsa asing yang saat itu aktif menjalin perdagangan dan aliansi politik di wilayah Sumatra Timur.
Nama “Maimun” berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘diberkahi’, dan nama itu benar-benar mencerminkan nasib istana ini. Hingga kini, Istana Maimun tetap berdiri kokoh melintasi zaman—dari era kolonial hingga masa modern. Meski kekuasaan administratif Kesultanan Deli telah berakhir, keluarga Sultan masih menetap di sebagian area istana. Kehadiran mereka menjadikan istana ini bukan sekadar bangunan bersejarah, melainkan rumah hidup yang terus melestarikan tradisi kerajaan.
ARSITEKTUR YANG MENCURI PERHATIAN
Begitu memasuki halaman istana, mata langsung tertuju pada fasad bangunan utama yang berdiri megah dengan dominasi warna kuning keemasan—warna yang dalam budaya Melayu melambangkan kemuliaan dan kebesaran. Istana ini memiliki luas sekitar 2.772 meter persegi dengan 30 ruangan dan dua lantai. Interiornya menyuguhkan ukiran-ukiran rumit, ornamen khas Islam, jendela bergaya Eropa, serta langit-langit tinggi yang sejuk.
Ruang utama istana adalah ruang singgasana, tempat tahta Sultan berada. Di ruangan ini, pengunjung bisa melihat langsung tempat berlangsungnya upacara resmi kesultanan. Langit-langit tinggi dengan lampu gantung kristal besar, kursi singgasana berhias ukiran emas, dan perabotan antik yang masih utuh menjadikan suasana terasa sakral dan elegan.
PENGALAMAN WISATA DI DALAM ISTANA
Pengunjung tidak hanya diperbolehkan melihat-lihat. Di dalam istana, kamu bisa menyewa pakaian adat Melayu lengkap dengan songket dan tanjak, lalu berfoto di ruang singgasana. Pengalaman ini menjadi favorit banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Tersedia pula pemandu wisata yang bisa menjelaskan sejarah dan simbol-simbol budaya yang tersembunyi di balik setiap ornamen. Jika ingin berwisata lebih dalam, kamu bisa mengikuti tur sejarah Kesultanan Deli yang mencakup juga kunjungan ke Masjid Raya Al Mashun dan makam-makam Sultan.
-
KEHIDUPAN BUDAYA YANG TERJAGA
Setiap tahun, masyarakat Medan dan keturunan Melayu Deli rutin menggelar berbagai perayaan budaya Melayu di halaman Istana Maimun. Mereka menyelenggarakan Pesta Budaya Melayu, pergelaran musik tradisional, hingga perayaan Maulid Nabi dan Tahun Baru Islam. Aktivitas ini menjaga warisan budaya tetap hidup dan menjadikan istana sebagai pusat kegiatan budaya yang dinamis.
Pada momen-momen tertentu, kamu bisa menyaksikan langsung prosesi adat kerajaan yang dilaksanakan oleh keturunan Sultan Deli. Nuansa khidmat terasa kuat saat gong menggema, tarian persembahan menghiasi halaman istana, dan doa adat terdengar syahdu dalam bahasa Melayu klasik.
FASILITAS PENUNJANG WISATA
Meskipun bangunannya telah berusia lebih dari seabad, pengelola Istana Maimun terus melengkapi kawasan ini dengan berbagai fasilitas wisata. Wisatawan bisa menikmati area parkir yang luas, kios oleh-oleh, toilet umum, hingga tempat duduk santai di sekitar taman istana:
-
Area parkir yang luas
- Toko suvenir khas Melayu dan oleh-oleh Medan
- Warung makan tradisional
- Toilet umum yang bersih
- Area ibadah (musholla)
- Spot foto di taman terbuka dan pelataran istana
Semua fasilitas ini memudahkan pengunjung, baik perorangan maupun rombongan tur, untuk menikmati wisata sejarah dengan nyaman.
TABEL HARGA TIKET MASUK ISTANA MAIMUN
Jenis Pengunjung | Harga Tiket Masuk |
Dewasa Lokal | Rp. 10.000 |
Anak-anak Lokal | Rp. 5.000 |
Wisatawan Mancanegara | Rp. 20.000 |
Sewa Pakaian Adat Melayu | Rp. 20.000 – Rp. 30.000 |
Tur Pemandu (Opsional) | Rp. 50.000 – Rp. 100.000 |
Harga dapat berubah tergantung musim dan kebijakan pengelola.
LOKASI DAN AKSES MENUJU ISTANA
Alamat : Kec. Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara 20212
Google Map : https://maps.app.goo.gl/iepkngE4Xk1k76dz9
Istana Maimun terletak di pusat kota Medan, tepatnya di Jalan Brigjen Katamso, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun. Lokasinya sangat strategis dan mudah dijangkau:
- 10 menit dari Stasiun Kereta Api Medan
- 5 menit dari Masjid Raya Al Mashun
- Bisa dijangkau dengan transportasi umum seperti becak motor, angkot, dan ojek online
- Tersedia area parkir untuk kendaraan pribadi
WAKTU TERBAIK UNTUK BERKUNJUNG
Waktu terbaik mengunjungi Istana Maimun adalah pagi hari, sekitar pukul 09.00 – 11.00 WIB. Suasana masih sejuk dan pencahayaan alami cocok untuk fotografi. Jika ingin menikmati suasana budaya lebih mendalam, datanglah saat hari libur nasional atau ketika ada event adat.
KESIMPULAN : MENYENTUH SEJARAH, MERASAKAN KEBANGGAAN
Istana Maimun bukan sekadar tempat wisata, tapi saksi bisu perjalanan panjang Kesultanan Deli yang berpengaruh besar dalam sejarah Sumatra Timur. Melalui desain arsitekturnya yang memukau dan nilai budaya yang masih dijaga, istana ini mengajarkan kita pentingnya mengenang, memahami, dan mencintai warisan leluhur.
Saat kaki melangkah keluar dari pelataran istana, kamu tidak hanya membawa oleh-oleh foto dan suvenir, tapi juga kesan mendalam tentang keindahan budaya yang tak lekang oleh waktu.