√ WISATA KAMPUNG PECINAN KEMBANG JEPUN (KYA-KYA) : Kisah, Budaya, dan Pesona Kuliner di Tengah Kota Surabaya, Review & Info

Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia, menyimpan banyak kisah sejarah yang tak hanya berasal dari perjuangan kemerdekaan, tapi juga dari komunitas-komunitas etnis yang hidup berdampingan di dalamnya. Salah satu kawasan yang paling ikonik adalah Kampung Pecinan Kembang Jepun, lebih dikenal dengan nama Kya-Kya.

Kya-Kya bukan sekadar tempat makan malam atau jalan-jalan sore. Di balik gemerlap lampion-lampionnya yang menggantung indah di malam hari, tempat ini menyimpan sejarah panjang masyarakat Tionghoa di Surabaya. Di sini, budaya, kuliner, dan kerukunan menjadi satu harmoni yang hidup hingga sekarang.

Sejarah Kembang Jepun : Awal Mula Terbentuknya Kampung Pecinan

Kembang Jepun merupakan salah satu jalan tertua di Surabaya. Kawasan ini sudah ramai sejak era penjajahan Belanda. Jalan ini dulunya menjadi pusat perdagangan dan bisnis yang sangat strategis. Di sinilah komunitas Tionghoa mulai berkembang pesat sejak abad ke-19.

Asal-usul nama “Kembang Jepun” sendiri diyakini berasal dari kata “Jepun” yang merupakan istilah Jawa untuk bunga kamboja. Konon katanya, dulunya di kawasan ini tumbuh banyak bunga kamboja di pinggir-pinggir jalannya.

Kya-Kya sendiri adalah istilah dalam bahasa Hokkien yang berarti “jalan-jalan” atau “rekreasi”. Nama ini kemudian dihidupkan kembali pada awal tahun 2000-an ketika pemerintah kota mencoba membangun kembali kawasan Kembang Jepun sebagai destinasi wisata malam bertema Tionghoa.

Baca Juga  √ MASJID MUHAMMAD CHENG HOO : Wisata Religi Bernuansa Tiongkok di Surabaya yang Penuh Makna, Review & Info

Kya-Kya Masa Kini : Antara Nostalgia dan Modernisasi

Seiring perkembangan zaman, kawasan Kya-Kya sempat mengalami pasang surut. Dulunya sempat sepi, terbengkalai, bahkan mati suri. Namun berkat revitalisasi dari Pemkot Surabaya, kawasan ini kini kembali hidup. Revitalisasi besar dilakukan pada tahun 2022 dan 2023. Hasilnya? Kya-Kya kini menjadi destinasi kuliner malam dan wisata budaya paling hits di Surabaya.

Di malam hari, Kya-Kya dipenuhi pedagang makanan, pertunjukan seni budaya, dan pameran UMKM lokal. Kya-Kya kini dipenuhi nuansa oriental — dengan gerbang megah khas Tionghoa, lampion-lampion menggantung, mural budaya, hingga bangunan klasik bergaya Tionghoa-Belanda.

Apa Saja yang Bisa Dilakukan di Kampung Pecinan Kya-Kya?

Jelajah Kuliner Malam

Tak lengkap rasanya ke Kya-Kya tanpa mencicipi kuliner khasnya. Di sini kamu bisa menikmati berbagai makanan mulai dari:

  • Kwetiau siram
  • Bakpao isi ayam kecap
  • Siomay goreng ala Tionghoa
  • Tahu pong
  • Lontong cap go meh
  • Ronde jahe hangat

Dan tentu saja yang paling dicari: kuliner halal dan non-halal yang dipisahkan dengan rapi, jadi pengunjung dari berbagai latar belakang tetap nyaman.

Menikmati Arsitektur Kuno

Gedung-gedung di sepanjang Jalan Kembang Jepun menyimpan kisah sejarah kota ini. Banyak bangunan tetap mempertahankan bentuk aslinya dari era kolonial. Nuansa Tionghoa yang kental terlihat dari jendela khas, ornamen merah emas, hingga batu bata ekspos. Kawasan ini menawarkan suasana yang pas buat kamu yang suka berfoto atau ingin merasakan atmosfer masa lalu.

Festival Budaya

Kya-Kya sering menjadi lokasi berbagai acara budaya seperti:

  • Festival Imlek
  • Perayaan Cap Go Meh
  • Barongsai dan Liong Show
  • Pertunjukan musik keroncong Tionghoa
  • Teater rakyat dan wayang potehi

Festival ini memperkuat identitas Kya-Kya sebagai simbol toleransi dan keberagaman.

Baca Juga  √ KLENTENG SANGGAR AGUNG KENJERAN: Perpaduan Wisata Spiritual, Budaya, dan Keindahan Laut Surabaya, Review & Info

Wisata Edukasi Sejarah

Kamu bisa mengunjungi berbagai bangunan bersejarah seperti:

  • Gedung Cerutu
  • Vihara Boen Bio (Vihara Kembang Jepun)
  • Toko Merah
  • Gedung De Javasche Bank (sekarang menjadi Museum Bank Indonesia)

Semua ini adalah bagian dari jejak masa lalu yang bisa kamu pelajari langsung di lapangan.

Rute dan Akses Menuju Kya-Kya

Alamat : Jl. Kembang Jepun, Bongkaran, Kec. Pabean Cantikan, Surabaya, Jawa Timur 60161

Google map : https://maps.app.goo.gl/FKW333sFr9hkdbpVA

Akses :

  • Dari Tunjungan Plaza: 10 menit naik kendaraan
  • Dari Stasiun Gubeng: 15 menit
  • Dari Pelabuhan Tanjung Perak: 10 menit

Moda Transportasi :

  • Bisa menggunakan kendaraan pribadi
  • Ojek online (GoJek, Grab)
  • Angkutan kota (lyn) yang melewati Kembang Jepun
  • Bus Suroboyo (berhenti di dekat Jembatan Merah)

Harga Tiket Masuk dan Jam Operasional

Kya-Kya pada dasarnya adalah kawasan umum terbuka, jadi tidak ada tiket masuk resmi. Tapi beberapa atraksi dan kegiatan tertentu bisa dikenai biaya.

Jenis Aktivitas / Fasilitas Harga
Tiket Masuk Area Kya-Kya Gratis
Parkir Motor Rp.   3.000 – Rp.   5.000
Parkir Mobil Rp.   5.000 – Rp. 10.000
Sewa Hanfu/cheongsam (kostum) Rp. 20.000 – Rp. 50.000
Pertunjukan Seni Budaya (opsional) Donasi seikhlasnya
Makanan di Stand UMKM Rp. 10.000 – Rp. 50.000

Jam Buka:

  • Setiap Hari
  • Jam Operasional UMKM dan Kuliner: 18.00 – 22.00 WIB

Tips Berkunjung ke Kampung Pecinan Kya-Kya

  1. Datang saat malam hari : Karena atmosfer terbaik muncul saat lampion menyala dan kuliner malam buka.
  2. Bawa uang tunai secukupnya : Banyak pedagang kecil belum menerima pembayaran digital.
  3. Pakai pakaian nyaman : Kamu akan banyak berjalan kaki di area terbuka.
  4. Jangan lupa bawa kamera! Spot foto di sini sangat banyak, dari mural hingga gerbang merah yang ikonik.
  5. Hormati budaya local : Kya-Kya adalah kawasan yang sarat nilai sejarah dan agama. Hindari tindakan yang tidak sopan.
Baca Juga  √ TAMAN HARMONI KEPUTIH (TAMAN SAKURA SURABAYA) : surga bunga di ujung timur , Review & Info

Cerita Pengunjung :

Aku tiba di Kya-Kya sekitar pukul 18.30, saat matahari mulai tenggelam. Jalan Kembang Jepun mulai bertransformasi: lampion-lampion menyala, wangi makanan menyeruak dari segala penjuru, dan alunan musik Tionghoa mulai terdengar.

Langkah kakiku terhenti di salah satu pedagang yang menjual kwetiau goreng dengan sambal matah — perpaduan Tionghoa dan Indonesia yang unik. Aku makan sambil berdiri, sambil mengamati barongsai yang sedang bersiap tampil. Anak-anak kecil bersorak, orang dewasa mengangkat ponsel, dan suasana jadi hidup.

Aku sempat menyewa hanfu — baju tradisional Tionghoa — untuk foto di depan gapura merah yang jadi ikon. Rasanya seperti berada di luar negeri.

Waktu berjalan cepat. Jam menunjukkan pukul 10 malam dan para pedagang mulai menutup lapak. Tapi hatiku enggan pulang. Kya-Kya bukan hanya tempat jalan-jalan, tapi pengalaman budaya yang bikin nagih. Esoknya, aku kembali — karena satu malam ternyata tak cukup.

Kesimpulan: Kya-Kya Adalah Simbol Keberagaman dan Kehangatan

Masyarakat Indonesia menunjukkan kemampuannya dalam menciptakan keberagaman budaya yang hidup berdampingan dan berkembang menjadi magnet wisata melalui Kampung Pecinan Kembang Jepun (Kya-Kya). Sejarah panjang membentuk kawasan ini, dan kini revitalisasi modern telah mengubahnya menjadi tempat favorit bagi keluarga, anak muda, hingga turis mancanegara. Kya-Kya tidak hanya menjadi lokasi wisata, tetapi juga menyimpan banyak cerita yang menarik.

Saat kamu berkunjung ke Surabaya, pastikan kamu menginjakkan kaki di jalanan Kembang Jepun. Nikmati langsung suasana Tionghoa tempo dulu, cicipi beragam kuliner nikmat, dan rasakan interaksi hangat yang bisa membuatmu jatuh cinta pada kota ini.

Photo of author

TEAM LIBURAN

Kami adalah komunitas dinamis yang didedikasikan untuk menjelajahi keindahan alam, budaya, dan keunikan destinasi wisata baik yang populer maupun tersembunyi. Kami terdiri dari para petualang, pencinta alam, pecinta sejarah, hingga pemburu kuliner lokal yang bersama-sama membentuk tim eksplorasi yang solid dan penuh semangat.
error: