√ Kampung Kapitan – Menyusuri Jejak Sejarah Tionghoa di Tepi Sungai Musi

Kampung Kapitan adalah permata tersembunyi di Palembang yang sarat dengan nuansa sejarah dan budaya Tionghoa. Terletak di pinggir Sungai Musi, kampung ini menyimpan bangunan kuno, kisah leluhur, serta jejak akulturasi budaya yang tetap hidup hingga hari ini. Tempat ini bukan sekadar spot wisata, tapi sebuah lorong waktu menuju masa lampau.

Sejarah Kampung Kapitan: Awal Mula Kehadiran Etnis Tionghoa

Kampung Kapitan mulai terbentuk sejak abad ke-18, ketika gelombang imigran Tionghoa tiba di Palembang untuk berdagang dan mencari kehidupan yang lebih baik. Para pedagang ini tidak datang dengan tangan kosong—mereka membawa keterampilan, semangat dagang, serta budaya yang kaya. Kesultanan Palembang Darussalam yang saat itu memerintah, menyambut mereka dengan membuka lahan permukiman khusus bagi komunitas Tionghoa.

Sultan mengangkat pemimpin dari kalangan Tionghoa dan memberinya gelar “Kapitan”—jabatan resmi yang bertugas mengatur, mewakili, dan menjaga ketertiban masyarakat Tionghoa. Gelar ini menjadi simbol kepercayaan dan integrasi antara etnis Tionghoa dengan pemerintahan lokal. Dari sinilah, kampung tersebut mendapat nama “Kampung Kapitan”.

Salah satu bangunan paling ikonik di kawasan ini adalah rumah tua bergaya arsitektur khas Tionghoa. Warga sekitar meyakini bahwa rumah tersebut dulunya merupakan milik Kapitan Tjong A Fie, tokoh penting dalam sejarah komunitas Tionghoa Palembang. Hingga kini, rumah tersebut masih berdiri kokoh, dan pengelola warisan budaya lokal secara aktif merawatnya agar tetap lestari dan bisa dinikmati generasi berikutnya.

Baca Juga  √ Benteng Kuto Besak: Jejak Sejarah Kesultanan Palembang di Tepi Sungai Musi
DCIM100GOPROGOPR2865.JPG

Arsitektur dan Budaya yang Kental

Begitu kamu melangkah masuk ke area Kampung Kapitan, atmosfer yang ditawarkan langsung terasa berbeda. Nuansa tenang dan sederhana akan menyambutmu, seakan mengajak untuk melambat dan menyelami tiap jengkal waktu. Warga sekitar dengan ramah menyapa para pengunjung, sementara bangunan-bangunan tua bergaya Tionghoa berdiri anggun dan mencuri perhatian siapa pun yang datang. Beberapa penghuni bahkan masih menjaga tradisi leluhur mereka dengan menggelar upacara atau sembahyang di altar keluarga.

Rumah-rumah di sini memiliki arsitektur bergaya tradisional Tionghoa, dengan atap melengkung, pintu-pintu kayu, dan ornamen berwarna merah khas budaya Tionghoa. Di dalamnya masih terjaga altar sembahyang, lampion-lampion, serta perabotan kuno yang memiliki nilai sejarah tinggi.

Lokasi Strategis di Tepi Sungai Musi

Salah satu daya tarik utama Kampung Kapitan adalah letaknya yang langsung menghadap Sungai Musi. Ini membuatnya mudah diakses melalui jalur air menggunakan perahu ketek atau perahu wisata.

Dari sini, kamu bisa melihat Jembatan Ampera menjulang megah di kejauhan, sekaligus merasakan kesejukan angin sungai yang berembus pelan. Lokasi ini cocok untuk hunting foto, menikmati senja, atau sekadar duduk santai sambil merenung.

Cerita Pengunjung: Serasa Kembali ke Masa Lalu

Banyak pengunjung yang datang mengaku seperti diajak berjalan mundur ke masa lalu. Seperti cerita Dinda (22), mahasiswi yang datang bersama teman-temannya:

“Begitu masuk, rasanya adem banget. Bangunannya tua, tapi terawat. Bisa kebayang gimana kehidupan orang-orang Tionghoa zaman dulu di sini. Bener-bener hidden gem di Palembang.”

Sementara itu, Pak Hendra (46), wisatawan asal Jakarta, juga memberikan kesan positif:

“Saya suka tempat-tempat yang punya nilai sejarah. Kampung Kapitan ini sederhana, tapi punya cerita kuat. Dan view Sungai Musi-nya luar biasa.”

Aktivitas Seru yang Bisa Dilakukan

Meskipun kampung ini tidak terlalu besar, ada banyak hal menarik yang bisa kamu lakukan:

  • Tur sejarah: Ikuti tur bersama pemandu lokal untuk mendengar kisah Kapitan dan sejarah kampung secara mendalam.

  • Berfoto: Banyak spot foto instagramable dengan latar rumah tua dan Sungai Musi.

  • Naik perahu ketek: Kamu bisa menyusuri Sungai Musi dan melihat Palembang dari perspektif berbeda.

  • Wisata kuliner: Di sekitar kawasan ini juga tersedia jajanan khas Palembang dan camilan Tionghoa.

Baca Juga  √ Pulau Pamutusan: Surga Tropis di Perairan Padang yang Membuat Lupa Pulang, Review & Info

Harga Tiket Masuk Kampung Kapitan

Jenis Tiket Harga
Tiket Masuk Umum Gratis (donasi seikhlasnya)
Tur Sejarah Rp. 15.000 – Rp. 25.000/orang
Naik Perahu Ketek Rp. 10.000 – Rp. 20.000/orang (tergantung jarak)

Harga bisa berubah sewaktu-waktu.

Fasilitas di Kampung Kapitan

Meski tidak besar, fasilitas di Kampung Kapitan cukup memadai:

  • Area parkir sederhana

  • Toilet umum

  • Gazebo untuk duduk santai

  • Spot foto berlampion merah

  • Galeri mini sejarah

Akses dan Jam Operasional

Alamat: Jl. KH Abdullah Azhari, 7 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30111

Google Maps: https://maps.app.goo.gl/43Aed2ox78sVBJYbA

Jam buka: Setiap hari, pukul 08.00 – 17.00 WIB

Akses: Bisa ditempuh dengan mobil pribadi, ojek online, atau perahu ketek dari Dermaga Benteng Kuto Besak

Penutup: Warisan Budaya yang Terjaga

Kampung Kapitan bukan hanya tempat wisata biasa. Ia adalah warisan budaya, saksi bisu harmoni etnis, dan cermin toleransi yang telah hidup selama ratusan tahun. Berjalan-jalan di kampung ini adalah cara lain untuk memahami sejarah kota Palembang dari sisi yang lebih personal dan menyentuh.

Jadi, kalau kamu sedang merencanakan kunjungan ke Palembang, sempatkanlah mampir ke Kampung Kapitan. Di sinilah kamu akan menemukan kedamaian, keindahan, dan cerita yang menunggu untuk dijelajahi.

Photo of author

TEAM LIBURAN

Kami adalah komunitas dinamis yang didedikasikan untuk menjelajahi keindahan alam, budaya, dan keunikan destinasi wisata baik yang populer maupun tersembunyi. Kami terdiri dari para petualang, pencinta alam, pecinta sejarah, hingga pemburu kuliner lokal yang bersama-sama membentuk tim eksplorasi yang solid dan penuh semangat.
error: