Gunongan berdiri anggun di pusat Kota Banda Aceh, menjulang seperti bukit kecil dengan keunikan arsitektur yang sarat makna. Bangunan ini bukan sekadar monumen, melainkan lambang cinta mendalam Sultan Iskandar Muda kepada permaisurinya, Putroe Phang, seorang putri asal Kerajaan Pahang. Kini, Gunongan menjadi destinasi wisata sejarah yang menyentuh hati dan menggugah rasa ingin tahu banyak orang.
Gunongan berdiri megah dengan bentuk bertingkat menyerupai kelopak bunga. Bangunan ini mengajak setiap pengunjung menelusuri jejak masa lalu yang romantis dan heroik. Taman Ghairah yang mengelilinginya memperkuat suasana magis di sekitarnya. Siapa pun yang melangkah ke Gunongan seakan masuk ke dunia cinta dan kejayaan Kesultanan Aceh pada masa lampau.
ASAL-USUL DAN LEGENDA GUNONGAN
Kisah Gunongan bermula dari cinta seorang raja kepada istrinya. Sultan Iskandar Muda, penguasa besar Kesultanan Aceh pada abad ke-17, dikenal sebagai raja yang cerdas, kuat, dan bijaksana. Dalam salah satu ekspedisinya ke Semenanjung Malaka, Sultan menaklukkan Kerajaan Pahang dan membawa pulang seorang putri sebagai bagian dari kemenangan itu. Ia kemudian menikahinya dan menjadikannya permaisuri, yang dikenal sebagai Putroe Phang.
Putroe Phang sering merindukan kampung halamannya yang dipenuhi perbukitan. Untuk mengobati rasa rindu istrinya, Sultan membangun taman megah lengkap dengan pepohonan, kolam, dan sebuah bangunan yang menyerupai bukit. Dari situlah muncul Gunongan — “gunung kecil” — sebagai simbol cinta dan penghormatan Sultan kepada permaisurinya.
Putroe Phang menjadikan Gunongan sebagai tempat favorit untuk bermain dan menenangkan diri. Para bangsawan pun sering berkumpul di sana untuk menikmati suasana damai. Gunongan menjadi bukti nyata hubungan penuh kasih antara Sultan dan permaisurinya, sebuah kisah cinta yang terus hidup dalam ingatan masyarakat Aceh hingga kini.
STRUKTUR DAN ARSITEKTUR YANG UNIK
Gunongan menampilkan struktur yang berbeda dari bangunan lain pada masanya. Para perajin membangunnya dari campuran kapur, batu kali, dan pasir. Bangunan ini memiliki tiga tingkatan berbentuk melingkar yang semakin mengecil ke atas. Dengan tinggi sekitar 9 meter, puncaknya menyerupai kelopak bunga teratai.
Pintu masuk Gunongan sengaja dibuat rendah agar setiap orang yang masuk merunduk sebagai simbol penghormatan terhadap tempat sakral. Di dalam, lorong sempit mengantar pengunjung naik melalui anak tangga kecil. Dari puncaknya, pengunjung bisa menyaksikan pemandangan taman dan sebagian kota Banda Aceh.
Warna putih mendominasi seluruh bangunan dan menciptakan kesan suci serta damai. Ornamen ukiran yang sederhana namun anggun menghiasi dinding dan sudut, memperlihatkan pengaruh kuat budaya Islam dan Melayu. Arsitektur Gunongan mencerminkan perpaduan antara seni, budaya, dan cinta yang diwujudkan dalam bentuk bangunan
TAMAN GHAIRAH: TAMAN CINTA SANG SULTAN
Tak lengkap membicarakan Gunongan tanpa menyebut Taman Ghairah. Sultan Iskandar Muda membangun taman seluas hampir 1.000 hasta ini sebagai pelengkap Gunongan. Di taman ini, sang permaisuri berjalan santai, menikmati angin semilir, atau duduk di bawah pepohonan rindang sambil mengenang tanah kelahirannya.
Keluarga kerajaan sering berkumpul di Taman Ghairah. Suasana yang tenang dan indah menjadikannya tempat favorit untuk meditasi dan pertemuan penting. Saat ini, pengunjung masih bisa menikmati sebagian area taman, meskipun ukurannya tidak seluas dan sekompleks dahulu. Pemerintah setempat terus menghidupkan kembali pesona taman ini lewat berbagai upaya revitalisasi, demi mengembalikan kejayaan masa Kesultanan Aceh.
KANDANG BAGINDA DAN PINTU KHOP
Tak jauh dari Gunongan, berdiri dua situs penting lainnya: Kandang Baginda dan Pintu Khop. Kompleks makam Kandang Baginda menaungi jenazah raja dan anggota keluarga kerajaan. Di tempat inilah Sultan Iskandar Tsani, suami kedua Putroe Phang, dimakamkan.
Sementara itu, Pintu Khop berfungsi sebagai gerbang istana yang menghubungkan taman dengan ruang utama kerajaan. Gerbang ini menampilkan bentuk melengkung dan ornamen klasik khas istana. Kedua situs ini menambah kekayaan sejarah yang menyelimuti kawasan Gunongan dan Taman Ghairah
HARGA TIKET MASUK DAN FASILITAS
Gunongan terbuka untuk umum dan menjadi salah satu destinasi wisata sejarah favorit di Banda Aceh. Berikut rincian tiket dan fasilitas yang tersedia:
Kategori Pengunjung | Harga Tiket Masuk |
Dewasa Domestik | Rp. 5.000 |
Anak-anak Domestik | Rp. 3.000 |
Wisatawan Mancanegara | Rp. 10.000 |
Rombongan Sekolah | Rp. 2.000 / orang |
Tiket Parkir Motor | Rp. 2.000 |
Tiket Parkir Mobil | Rp. 5.000 |
Jam Operasional:
Setiap hari, pukul 08.00 – 18.00 WIB
Fasilitas :
- Area parkir
- Toilet umum
- Mushola
- Gazebo taman
- Toko suvenir kecil
- Papan informasi sejarah
- Pemandu wisata lokal (opsional)
PENGALAMAN WISATA DAN EDUKASI
Gunongan bukan hanya tempat wisata, tapi juga ruang belajar terbuka. Sekolah-sekolah di Aceh sering mengadakan kunjungan edukatif ke sini. Anak-anak belajar sejarah dengan cara yang menyenangkan. Mereka mendengar kisah Sultan dan Putroe Phang langsung dari pemandu, lalu menuliskannya dalam laporan perjalanan.
Beberapa universitas juga menjadikan Gunongan sebagai objek penelitian arsitektur, sastra klasik, dan perbandingan budaya. Sastrawan dan seniman Aceh kerap menggelar pembacaan puisi dan pertunjukan musik tradisional di area taman, menjadikan Gunongan sebagai panggung budaya terbuka.
AKSES DAN LOKASI
Gunongan terletak di pusat Kota Banda Aceh, menjadikannya mudah dijangkau dari berbagai arah. Lokasinya tak jauh dari Masjid Raya Baiturrahman, hanya sekitar 5 menit berkendara.
Alamat Lengkap : Sukaramai, Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Aceh 23116
Google Map : https://maps.app.goo.gl/ayom415VF6YkHsSdA
Transportasi:
- Ojek dan becak motor
- Angkutan kota (labi-labi)
- Mobil sewa atau pribadi
Google Maps menyediakan petunjuk jalan yang akurat. Anda hanya perlu mengetik “Gunongan Banda Aceh” dan sistem akan mengarahkan langsung ke lokasi.
MENGAPA GUNONGAN BEGITU ISTIMEWA?
Gunongan menyimpan nilai historis, arsitektural, dan emosional yang tak bisa ditemukan di tempat lain. Ia bukan hanya simbol cinta, tetapi juga saksi kejayaan Aceh sebagai kerajaan Islam terkuat di Asia Tenggara pada masanya.
Sultan Iskandar Muda, sebagai tokoh visioner, membuktikan bahwa kekuatan tidak hanya datang dari peperangan, tapi juga dari cinta dan keindahan. Ia menciptakan Gunongan sebagai cara untuk menyentuh hati, bukan menaklukkan dengan senjata.
SARAN WAKTU BERKUNJUNG
Waktu terbaik untuk mengunjungi Gunongan adalah pagi hari sekitar pukul 08.00 – 10.00 WIB atau sore hari pukul 16.00 – 18.00 WIB. Pada jam-jam ini, sinar matahari lebih lembut dan suasana taman terasa lebih sejuk.
Hindari datang pada tengah hari saat cuaca panas menyengat. Hari libur nasional dan akhir pekan biasanya lebih ramai, namun suasana tetap kondusif untuk wisata sejarah.
TESTIMONI PENGUNJUNG
“Gunongan membisikkan kisah cinta yang abadi. Saya sangat terharu melihat bagaimana Sultan Iskandar Muda mengabadikan cintanya lewat bangunan seindah ini.” – Lia, wisatawan dari Medan
“Saya mengajak anak-anak ke sini untuk belajar sejarah Aceh. Mereka sangat antusias menaiki Gunongan dan mendengarkan kisah Putroe Phang. Pengalaman yang luar biasa!” – Pak Rizal, guru dari Lhokseumawe
“Tempat ini terasa tenang dan anggun. Saya merasa cocok datang ke sini untuk healing dan merenungi sejarah.” – Siska, mahasiswa asal Jakarta
PENUTUP: CINTA YANG TERTULIS DALAM BATU
Gunongan bukan hanya objek wisata. Bangunan ini menjadi wujud nyata cinta, tersusun lewat arsitektur yang anggun dan diwariskan dengan penuh makna. Sultan Iskandar Muda menunjukkan bahwa kekuatan pemimpin sejati bukan hanya terlihat di medan perang, tetapi juga dalam ketulusan hati saat membahagiakan orang tercinta.