Setiap kota punya tempat di mana semua cerita bermula.
Bagi Bengkulu, tempat itu bernama Kota Tuo — sebuah kawasan yang kini mulai tenggelam di balik deru kendaraan dan bangunan baru, tapi masih menyimpan suara masa lalu yang tak mau benar-benar hilang.
Di sinilah Bengkulu lahir.
Di sinilah bangsa asing pertama kali datang — membawa rempah, meriam, dan ambisi kekuasaan.
Dan di sinilah jejak sejarah masih tertulis di tembok-tembok tua, jalan-jalan sempit, serta sisa bangunan kolonial yang diam.
Sekilas Sejarah Kota Tuo Bengkulu
Kota Tuo adalah kawasan tertua di Bengkulu. Awalnya merupakan pelabuhan dan pusat perdagangan, tempat bertemunya pedagang dari berbagai belahan dunia: Nusantara, India, Arab, Cina, hingga Eropa.
Abad ke-17: Masuknya Inggris
Sekitar tahun 1685, British East India Company (EIC) datang ke wilayah ini dan menetap. Mereka membangun pelabuhan, gudang penyimpanan lada, kantor dagang, serta pemukiman untuk pegawai dan keluarga mereka.
Inilah cikal bakal Kota Tuo, sebuah miniatur kota kolonial dengan gaya Eropa yang lengkap:
-
Jalan berbatu
-
Bangunan bata merah
-
Gereja tua
-
Kantor residen
-
Dan benteng pertahanan
Benteng Marlborough
Tak jauh dari pusat Kota Tuo berdiri Benteng Marlborough, benteng terbesar milik Inggris di Asia Tenggara. Dibangun tahun 1714–1719, benteng ini menjadi pusat pertahanan sekaligus simbol kekuasaan Inggris di wilayah barat Sumatra.
Suasana Kota Tuo Hari Ini
Kini, Kota Tuo Bengkulu telah berbaur dengan pemukiman warga. Namun, jika kamu telusuri pelan-pelan, kamu masih bisa melihat:
-
Bangunan tua berarsitektur Eropa (meski beberapa sudah rusak atau berubah fungsi)
-
Lorong sempit berbatu dengan sisa-sisa tembok bata merah
-
Gereja tua dan rumah ibadah peninggalan kolonial
-
Jalanan kecil yang dulu dilalui pedati dan penjajah bersenjata
-
Toko tua Cina dengan papan nama berbahasa Belanda atau Hokkien
Suasana di sini sangat tenang saat pagi atau sore. Aroma nostalgia bercampur dengan desir angin laut, seolah-olah waktu di tempat ini bergerak lebih lambat dibanding tempat lain.
Spot Bersejarah di Kawasan Kota Tuo
Setiap sudut jalan menyimpan kisah—tentang perdagangan, budaya, hingga perjuangan. Inilah beberapa spot paling bersejarah yang bisa kamu temukan di kawasan tua ini:
1. Bekas Kantor Dagang Inggris (VOC/EIC)
Di pinggir jalan utama, berdiri sisa bangunan bekas kantor dagang East India Company (EIC), atau yang juga dikenal sebagai VOC versi Inggris. Meskipun kini tak lagi terawat, struktur bangunannya masih menunjukkan kekuatan masa lalu—dinding bata tebal, kusen kayu asli, dan jendela lengkung bergaya Eropa.
Tempat ini dulunya menjadi pusat aktivitas perdagangan rempah-rempah dan logistik penting di masa kolonial.
2. Lorong Pecinan dan Toko-Toko Tua
Sedikit lebih jauh dari kantor dagang, kamu akan menemukan Lorong Pecinan, kawasan etnis Tionghoa yang masih terasa hidup. Banyak bangunan toko tua bergaya arsitektur campuran—atap melengkung, pintu kayu lipat, dan tulisan Mandarin klasik di beberapa sudut.
Menariknya, beberapa toko di sini masih aktif berjualan. Kamu bisa membeli kebutuhan harian dari toko kelontong berusia puluhan tahun—seolah masuk ke suasana tahun 1970-an yang tak banyak berubah.
3. Gereja Tua dan Sekolah Zaman Belanda
Kawasan Kota Tuo juga memiliki beberapa gereja kolonial yang masih aktif digunakan hingga hari ini, salah satunya adalah GPIB Immanuel. Bangunan gereja ini ikonik dengan arsitektur bergaya Gotik sederhana: menara lonceng, jendela kaca patri, dan pintu kayu besar yang kokoh.
Suasana halaman dan bangunannya masih kuat menyimpan atmosfer pendidikan tempo dulu.
4. Benteng Marlborough (Gerbang Simbolis Kota Tuo)
Dan akhirnya, tak lengkap rasanya jika menjelajahi Kota Tuo tanpa mampir ke Benteng Marlborough. Terletak di ujung kawasan tua, benteng ini masih berdiri megah dan menjadi gerbang simbolis menuju Kota Tuo.
Dari puncak benteng, kamu bisa melihat garis pantai Bengkulu yang membentang luas, jejak pelabuhan tua, dan tata kota bergaya kolonial yang masih bisa ditelusuri lewat peta jalan dan bangunan yang tersisa.
Setiap spot di Kota Tuo bukan hanya destinasi visual, tapi fragmen sejarah yang mengajak kita memahami masa lalu secara lebih dekat. Untuk pencinta sejarah, arsitektur, maupun fotografi kota tua, kawasan ini adalah surga yang menunggu untuk dijelajahi.
Tabel Informasi Pengunjung
Keterangan | Rincian |
---|---|
Tiket Masuk Kawasan | Gratis (ruang publik) |
Tiket Masuk Benteng | Rp. 5.000 (dewasa) |
Pemandu Sejarah Lokal | Rp. 50.000 – Rp. 100.000 |
Waktu Kunjungan | 08.00 – 17.00 WIB |
Rekomendasi Waktu | Pagi & sore hari |
Transportasi | Motor, mobil, ojek online |
Aktivitas Menarik
-
Walking tour sejarah menyusuri lorong-lorong Kota Tuo
-
Fotografi arsitektur tua dengan tone vintage
-
Diskusi budaya dengan warga lokal Tionghoa atau Melayu
-
Eksplorasi sejarah Inggris di Benteng Marlborough
-
Menikmati kopi sore di warung tua yang masih berdiri sejak zaman kolonial
Tips Berkunjung ke Kota Tuo
-
Datang pagi atau menjelang sore untuk menghindari panas dan menikmati suasana syahdu
-
Gunakan sepatu nyaman — banyak jalan berbatu dan tidak rata
-
Ajak pemandu lokal jika ingin penjelasan sejarah secara rinci
-
Bawa kamera untuk menangkap nuansa klasik
-
Hormati bangunan tua dan lingkungan sekitar — jangan coret-coret atau merusak properti
Mengapa Kota Tuo Penting?
Kota Tuo bukan sekadar area tua.
Ia adalah naskah sejarah terbuka.
Di tembok retaknya tersimpan kisah tentang:
-
Penjajahan dan perdagangan
-
Perlawanan dan kerjasama
-
Agama dan budaya
-
Kolonialisme dan kemerdekaan
Kalau kamu ingin memahami Bengkulu sepenuhnya, kamu harus mulai dari Kota Tuo. Di sinilah semua puzzle dimulai, dan semuanya masih menyisakan potongan yang bisa kamu temukan — jika kamu cukup sabar untuk melihat dan mendengarkan.
Alamat Dan Akses Lokasi
Alamat: Ps. Bengkulu, Kec. Sungai Serut, Kota Bengkulu, Bengkulu 38119
Google Maps: https://maps.app.goo.gl/93J3oviHGHgBQBxQA
Penutup: Kota yang Tak Pernah Sepenuhnya Tertidur
Kota Tuo Bengkulu mungkin sudah tidak lagi segemerlap masa lalunya.
Namun ia belum mati.
Ia hidup dalam diam.
Dalam jejak langkahmu yang menelusuri lorong-lorongnya,
dalam napas batu-batu bata yang tetap berdiri,
dan dalam suara bisu sejarah yang berbisik di balik jendela kayu tua.
Kota ini mengajarkan kita bahwa waktu mungkin berjalan,
tapi identitas tidak boleh ditinggalkan.