Di tengah keramaian Kota Bengkulu, di antara lalu-lalang kendaraan dan bangunan modern, berdiri sebuah masjid tua yang tenang namun megah. Masjid itu tak hanya menjadi pusat ibadah umat Muslim, tapi juga peninggalan sejarah yang menyatu dengan jejak perjuangan bangsa.
Inilah Masjid Jamik Kota Bengkulu — sebuah rumah ibadah yang tidak hanya suci, tapi juga menyimpan cerita. Dibangun kembali dengan rancangan langsung dari Ir. Soekarno, masjid ini menjadi saksi bisu dari masa pengasingannya… dan dari mimpinya tentang kemerdekaan.
Sejarah Masjid Jamik Bengkulu
Masyarakat Bengkulu membangun Masjid Jamik sejak zaman kolonial Belanda, dan menjadikannya sebagai masjid utama di Kota Bengkulu. Namun, ketika pemerintah Belanda mengasingkan Bung Karno ke Bengkulu pada tahun 1938, kondisi masjid ini sudah mulai rusak dan terlihat usang.
Sebagai seorang arsitek sekaligus tokoh pergerakan, Bung Karno tidak tinggal diam. Ia ikut merancang ulang Masjid Jamik, mulai dari bentuk atap, tata ruang, hingga konsep fasadnya. Dalam desain barunya, ia menggabungkan unsur arsitektur tropis khas Indonesia dengan sentuhan kolonial, menciptakan bangunan yang fungsional, estetis, dan tetap menghadirkan suasana khusyuk untuk beribadah.
Masyarakat lokal pun turut serta dalam proses renovasi, membuktikan bahwa agama dan semangat perjuangan kemerdekaan bisa berjalan berdampingan di bawah satu kubah yang sama.
Arsitektur: Perpaduan Gaya Soekarno dan Nuansa Lokal
Desain Atap Bertingkat
Ciri paling khas dari Masjid Jamik adalah atapnya yang bertingkat tiga, menyerupai limas bertumpuk. Gaya ini banyak dijumpai di masjid-masjid tua Nusantara, namun Bung Karno menyempurnakannya dengan pendekatan modern yang memperhatikan sirkulasi udara dan pencahayaan alami.
Fasad yang Sederhana Tapi Elegan
Dinding luar masjid memiliki bentuk yang sederhana, tidak banyak ornamen, namun tetap berwibawa. Bukaan jendela dibuat besar agar cahaya alami bisa masuk dengan maksimal, menambah kesan teduh di dalam ruangan.
Interior yang Lapang dan Sejuk
Ruang dalam masjid sangat lapang, dengan tiang-tiang besar dari kayu dan besi, serta lantai yang dahulu terbuat dari ubin klasik. Sekarang beberapa bagian telah diperbarui, tapi struktur aslinya tetap dipertahankan sebagai bentuk pelestarian sejarah.
Mimbar dan Mihrab
Mimbar utama dibuat dari kayu ukiran tradisional yang masih terjaga keasliannya. Di mihrab, terdapat kaligrafi sederhana yang menunjukkan arah kiblat. Di sinilah ratusan bahkan ribuan doa dipanjatkan setiap harinya sejak puluhan tahun lalu.
Suasana dan Makna Spiritual
Melangkah ke dalam Masjid Jamik seperti memasuki ruang waktu yang berbeda.
Angin sepoi-sepoi menyusup dari jendela-jendela besar.
Cahaya mentari menari di atas ubin.
Dan di setiap sudutnya, ada ketenangan yang terasa menyentuh hati.
Masjid ini tak sekadar tempat salat. Ia adalah tempat merenung, berdialog dengan diri sendiri, dan mengenang perjuangan Bung Karno yang tetap taat dan tekun dalam ibadah meski sedang diasingkan.
Tabel Informasi Pengunjung
Keterangan | Rincian |
---|---|
Tiket Masuk | Gratis (sedekah sukarela) |
Parkir Motor | Rp. 2.000 |
Parkir Mobil | Rp. 5.000 |
Jam Buka | 24 Jam |
Waktu Ramai | Dzuhur & Jumat |
Pemandu Sejarah | Tidak tetap (relawan) |
Aktivitas
-
Salat lima waktu di masjid bersejarah
-
Itikaf dan zikir malam bagi yang ingin mendekatkan diri pada Tuhan
-
Wisata religi dan edukasi sejarah Bung Karno
-
Fotografi arsitektur masjid klasik
Fasilitas
-
Tempat wudu yang bersih
-
Kamar mandi/toilet
-
Ruang ibadah laki-laki dan perempuan terpisah
-
Parkiran luas
-
Warung kecil dan toko sajadah di sekitar area masjid
-
Penjaga masjid yang ramah dan terbuka untuk cerita sejarah
Lokasi dan Rute
Masjid Jamik terletak sangat strategis, berada di pusat Kota Bengkulu:
Alamat: Jl. Soeprapto, Kelurahan Tengah Padang, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu
Google Maps: https://maps.app.goo.gl/oHzZ5BVF5ZkDiau4A
Jarak ke destinasi lain:
-
Rumah Pengasingan Bung Karno: ±5 menit
-
Rumah Ibu Fatmawati: ±7 menit
-
Benteng Marlborough: ±10 menit
-
Bandara Fatmawati Soekarno: ±25–30 menit
Kamu bisa mencapainya dengan motor, mobil pribadi, atau transportasi online. Lokasinya sudah tersedia di Google Maps dan sangat mudah ditemukan.
Tips Berkunjung
-
Datang di luar waktu salat Jumat agar bisa lebih tenang mengeksplorasi
-
Gunakan pakaian yang sopan dan bersih
-
Jangan berisik atau selfie di dalam ruang salat
-
Bawa sedekah sukarela untuk membantu perawatan masjid
-
Tanyakan ke penjaga jika ingin mendengar cerita arsitektur Bung Karno langsung
Penutup: Di Bawah Kubah, Doa dan Sejarah Menyatu
Masjid Jamik bukan hanya tempat sujud,
Tapi tempat di mana sejarah dan iman menyatu.
Ia berdiri bukan karena megahnya bangunan,
Tapi karena keteguhan jiwa orang-orang yang membangunnya.
Di sini, Bung Karno pernah salat, merenung, dan mungkin menangis dalam diam.
Ia membangun tidak hanya dinding,
Tapi ruh perjuangan dan keimanan yang terus hidup sampai hari ini.