Bengkulu bukan cuma soal pantai dan alamnya yang memesona. Kota ini juga menyimpan sepotong sejarah kolonial yang masih berdiri gagah: Benteng Marlborough. Terletak di pusat kota, tak jauh dari bibir laut, benteng ini seperti saksi bisu dari era penjajahan — diam, kokoh, dan penuh cerita.
Bagi yang baru pertama datang, Benteng Marlborough bukan hanya sekadar bangunan tua. Ia adalah lorong waktu yang mengajakmu kembali ke abad ke-18, saat Inggris menjadikan Bengkulu sebagai pusat perdagangan rempah-rempah.
Sejarah Benteng Marlborough
Dibangun oleh Inggris, Bertahan Melawan Zaman
East India Company (EIC) membangun Benteng Marlborough pada tahun 1714 hingga 1719, sebagai bagian dari upaya Inggris untuk memperkuat dominasinya di pesisir barat Sumatra. Mereka memberi nama “Marlborough” sebagai penghormatan kepada seorang bangsawan Inggris terkenal, John Churchill, yang bergelar Duke of Marlborough.
Awalnya, Inggris datang ke Bengkulu untuk menguasai perdagangan lada. Tapi karena sering mendapat serangan dari Belanda dan rakyat lokal, mereka membangun benteng ini sebagai markas militer sekaligus pusat pemerintahan.
Selama masa penjajahan, Benteng Marlborough sempat mengalami:
-
Penyerangan rakyat Bengkulu (sering terjadi di awal abad ke-18)
-
Pendudukan oleh Belanda (saat Inggris kalah perang)
-
Penyerahan kekuasaan ke Belanda tahun 1825 berdasarkan Traktat London
-
Penggunaan sebagai markas militer Jepang saat Perang Dunia II
-
Fungsi administratif pasca-kemerdekaan
Hingga kini, benteng ini tetap berdiri dan menjadi salah satu benteng peninggalan Inggris terbesar di Asia Tenggara.
Arsitektur dan Struktur Bangunan
Benteng Marlborough dibangun dengan arsitektur khas Eropa abad ke-18:
-
Dinding setebal lebih dari 1 meter, terbuat dari batu bata dan kapur
-
Bentuk menyerupai kura-kura, dengan area kepala menghadap ke laut (barat)
-
Gerbang utama dengan jembatan yang melintasi parit (dulu berisi air)
-
Ruangan bawah tanah yang dulu digunakan sebagai penjara dan gudang senjata
-
Menara pengawas dan bastion di setiap sudut, lengkap dengan meriam tua
-
Halaman tengah luas yang kini menjadi ruang terbuka untuk wisatawan
Saat kamu melangkah ke dalam, nuansa masa lalu terasa sangat kuat. Bau lembap batu tua, suara langkah kaki menggema, dan lorong-lorong gelap mengingatkan kita bahwa tempat ini pernah menjadi lokasi intrik politik, peperangan, dan perlawanan.
Suasana dan Daya Tarik
Benteng peninggalan kolonial ini bukan hanya sekadar bangunan tua bersejarah, tapi juga menghadirkan atmosfer yang kuat, seolah mengajak kita melintasi waktu ke masa lampau. Setiap sudutnya menyimpan cerita, setiap ruangnya punya jejak masa lalu yang masih terasa hingga sekarang. Berikut adalah beberapa daya tarik utama yang membuat banyak pengunjung terpesona:
1. Pemandangan Laut Lepas
Begitu memasuki area benteng, pandangan langsung disambut oleh hamparan laut biru yang luas. Letaknya yang berada di tepi tebing membuat benteng ini punya panorama laut lepas yang dramatis dan memukau. Ombak yang menghantam karang di kejauhan, angin laut yang sejuk, dan suara camar menciptakan suasana yang khas—tenang tapi juga berwibawa.
Spot ini sering menjadi tempat favorit untuk menikmati sunrise atau sekadar duduk santai, membiarkan diri larut dalam suasana alam yang terbuka dan menyegarkan.
2. Eksplorasi Ruangan Benteng
Di dalam bangunan benteng, kamu bisa menyusuri lorong-lorong batu yang gelap dan dingin, ruangan-ruangan sempit bekas penjara, gudang amunisi, hingga tempat pengintaian. Suasananya sunyi, kadang terasa misterius, tapi itulah yang justru menjadi daya tarik utamanya.
Bagi pecinta sejarah dan petualangan, menjelajahi setiap ruangan ini terasa seperti membuka bab demi bab dari masa penjajahan. Banyak pengunjung yang datang membawa rasa penasaran—tentang bagaimana kehidupan para tentara di masa lalu, atau bagaimana benteng ini digunakan saat peperangan berlangsung.
3. Meriam dan Arca
Salah satu ikon dari benteng ini adalah deretan meriam tua yang masih berdiri kokoh menghadap ke laut. Beberapa di antaranya bahkan masih berada di posisi aslinya, seakan siap digunakan kapan saja. Selain meriam, terdapat juga arca, prasasti, dan peninggalan kolonial yang bisa kamu lihat di halaman maupun bagian dalam benteng.
Benda-benda ini tidak hanya menarik secara visual, tapi juga membawa nilai sejarah yang tinggi. Melihatnya secara langsung seperti mendapat pelajaran sejarah yang lebih hidup daripada sekadar membaca buku.
4. Spot Foto Sejarah
Setiap sudut benteng ini terasa seperti set film klasik. Tekstur dinding yang berlumut, jendela-jendela besar dengan cahaya dramatis, serta suasana bangunan tua yang megah—semuanya sangat fotogenik. Banyak pengunjung yang memanfaatkan lokasi ini untuk foto bertema vintage, dokumentasi sejarah, bahkan sesi prewedding.
Kontras antara cahaya matahari dan bayangan dari tembok batu menciptakan efek artistik yang membuat hasil fotomu terlihat unik dan berkelas. Tak perlu properti mahal—cukup berdiri di lorong benteng atau bersandar di meriam tua, kamu sudah mendapatkan latar yang keren.
Tabel Harga Tiket Masuk
Kategori Pengunjung | Harga Tiket |
---|---|
Dewasa | Rp. 5.000 |
Anak-anak | Rp. 3.000 |
Turis Asing | Rp. 15.000 |
Parkir Motor | Rp. 2.000 |
Parkir Mobil | Rp. 5.000 |
Harga dapat berubah sesuai kebijakan pemerintah atau event khusus.
Fasilitas dan Aktivitas
Fasilitas:
-
Area parkir luas
-
Toilet & musala
-
Kios souvenir sejarah
-
Papan informasi sejarah
-
Petugas jaga dan pemandu wisata lokal
-
Spot duduk menghadap laut
Aktivitas yang Bisa Dilakukan
-
Menelusuri lorong dan ruang sejarah
-
Foto-foto dengan latar kolonial
-
Menyaksikan sunset dari atas benteng
-
Mengikuti tur sejarah (jika tersedia)
-
Belajar tentang masa penjajahan Inggris di Bengkulu
Akses dan Lokasi
Benteng Marlborough berada di pusat Kota Bengkulu, sangat mudah dijangkau dari mana saja:
Alamat: Jl. Benteng, Kebun Keling, Kec. Tlk. Segara, Kota Bengkulu, Bengkulu 38116
Google Maps: https://maps.app.goo.gl/i4xbE5rYTsFGpJ6y7
-
Dari Bandara Fatmawati Soekarno: sekitar 30 menit dengan mobil
-
Dari Pantai Panjang: sekitar 10 menit
-
Bisa dicapai dengan angkot, ojek, atau jalan kaki (jika dari hotel pusat kota)
Lokasinya tepat di depan Pantai Tapak Paderi dan bersebelahan dengan Kampung Cina, jadi kamu bisa sekalian menjelajahi kawasan wisata lain dalam satu hari.
Tips Berkunjung
-
Datang pagi atau sore hari — cuacanya lebih sejuk dan pencahayaan foto lebih indah
-
Gunakan sepatu nyaman — banyak tangga dan lantai berbatu
-
Jangan lupa air minum dan payung saat musim panas
-
Hormati situs sejarah — jangan coret-coret atau merusak
-
Ajak pemandu lokal jika ingin mendengar cerita sejarah lebih dalam
Penutup: Menghargai Sejarah, Memahami Akar
Benteng Marlborough bukan sekadar bangunan tua. Ia adalah catatan terbuka tentang siapa kita, dari mana kita berasal, dan bagaimana bangsa ini pernah berjuang.
Di dinding-dinding batu itu, mungkin kamu tak hanya melihat masa lalu —
Tapi juga bayangan dirimu sendiri… yang terus belajar, bertumbuh, dan melangkah maju.
Datanglah bukan untuk melihat,
Tapi untuk mendengar — suara masa lalu yang masih berbisik pelan…
“Jangan lupakan kami, karena dari luka kami, kamu bisa berjalan bebas hari ini.”